Sudah dari tahun 2023 lalu Taman Mini Indonesia Indah (TMII) resmi dibuka dengan wajah baru. Revitalisasi yang memakan biaya hingga triliunan rupiah ini memang benar-benar menyajikan banyak perubahan yang bikin pangling sejak kami terakhir kali ke sana beberapa tahun lalu, yaitu saat renovasi sedang berlangsung. Setelah sekian lama menunda karena belum ada kesempatan, akhirnya kami sekeluarga melihat langsung wujud terkini dari salah satu tempat wisata favorit di Jakarta ini.
Inginnya sih berkunjung di weekday. Kata teman-teman yang sudah ke TMII duluan, bakal mengantre lama untuk naik Angling (Angkutan Keliling) kalau pengunjung lagi ramai. Tapi, karena suami kerja di hari biasa, mau enggak mau tetap bisanya di akhir pekan.
Apa saja yang berubah di TMII setelah revitalisasi? Apa saja yang kami kunjungi dan kami lakukan selama di dalam? Meski tidak bisa menjejaki semua tempat karena keterbatasan waktu dan tenaga (tahu kan TMII luas banget?), setidaknya pengalaman kami kemarin bisa menjadi referensi bagi teman-teman yang belum berkesempatan ke sini agar mendapat gambaran.
Harga Tiket Masuk TMII
Sekarang, tiket masuk TMII bisa dibeli langsung di lokasi atau secara online di tiket.tamanmini.com. Kalau online, terkadang bisa dapat harga promo atau bundling. Berikut harga tiket normalnya.
Tiket masuk per orang Rp25.000,- (usia di atas 2 tahun sudah bayar full)
Tiket masuk mobil Rp35.000,-
Kebetulan kami membeli online. Dapat promo gratis tiket masuk mobil dengan pembelian 4 tiket masuk orang. Jadi hanya membayar 100 ribu saja.
Nanti di gerbang, tinggal perlihatkan saja tiket yang dikirimkan melalui email setelah melakukan pembayaran. Di tiket tersebut ada barcode yang akan di-scan oleh petugas.
Mobil Pribadi Hanya Sampai di Area Luar, Di Dalam Pakai Angkutan Khusus
Angling gratis di TMII |
Ini menjadi perubahan paling signifikan dari TMII. Kalau dulu mobil boleh saja berkeliling di semua area, sekarang hanya bisa di luar setelah gerbang masuk. Makanya kami langsung saja menuju gedung parkiran baru. Karena belum terlalu siang, masih banyak parkiran yang tersedia.
Dari gedung parkir, bisa berjalan kaki atau naik Angling yang khusus mengantarkan pengunjung dari gedung parkir ke pintu masuk TMII. Setelah ini, mobil pribadi tidak ada lagi. Hanya kendaraan listrik yang boleh berkeliling di dalamnya. Seluruh angkutan yang disediakan TMII, baik yang gratis maupun sewa, semuanya kendaraan listrik.
Naik Angling, sederet bisa duduk 4 orang |
Angkutan khusus yang disediakan untuk pengunjung sebenarnya bukan Angling saja. Ada bis listrik juga yang masih bisa dinaiki secara cuma-cuma. Tapi, kalau tidak mau antre panjang, ada angkutan yang bisa disewa.
Berikut rincian kendaraan yang disewakan. Silakan pilih sesuai kebutuhan bila berminat.
- Buggy Car 2 seat, 4 seat, dan 6 seat mulai dari harga Rp350.000 per 2 jam. Makin banyak seat, makin mahal.
- EV Bike (sepeda listrik roda tiga mulai dari Rp70.000 per 30 menit). Makin panjang durasi, makin naik harganya.
- Electric Scooter mulai dari Rp25.000 per 15 menit. Makin panjang durasi, harga juga naik.
- Sepeda single Rp30.000 per jam dan sepeda tandem Rp.40.000 per jam.
Satu lagi yang menarik. Di pintu masuk ini saya juga melihat walau tidak sempat mencoba, ada sekitar 20 sepeda yang bisa dinaiki untuk berkeliling TMII dengan guide yang akan memandu. Menarik, kan? Namanya Free Bike Tour. Cuma ada kuotanya serta hanya tersedia di hari Sabtu dan Minggu. Dalam sehari, ada 3 sesi, yaitu pada jam:
- 10.00 - 11.30 WIB;
- 13.30 - 15.00 WIB; dan
- 15.30 - 17.00 WIB.
Syarat mendaftaranya cuma dengan menyertakan nama, KTP, dan nomor handphone. Andai saya tidak membawa anak-anak, saya ingin sekali mencoba fasilitas satu ini. Terlihat menyenangkan karena sudah lama juga tidak bersepeda ria.
Pintu Masuk Utama Taman Mini
Pertunjukan di pintu masuk utama TMII |
Bukan sekadar pintu masuk bisa. Di pintu masuk ini, kita diberi sambutan berupa alunan musik tradisional yang dimainkan live. Ada pula beberapa pajangan otentik seperti garuda yang tinggi dan besar.
Petugas akan membagikan peta TMII agar bisa menjadi panduan pengunjung saat di dalam. Karena areanya luas banget, peta ini sangat berguna. Dan yang mesti dilihat juga adalah informasi event atau acara di titik-titik kunjungan beserta jamnya. Jadi, bisa disesuaikan dengan waktu kedatangan untuk menikmati event yang mana.
Masuk ke dalam setelah pintu utama, suasananya rindang sekali. Pohon-pohon besar di bagian tengah dan sengaja dibuat banyak tempat duduk. Kalau capek, ingin minum, atau mengambil sesuatu di tas, berhenti sebentar di sini bakal bikin tenang.
Rindangnya setelah pintu utama TMII |
Kehijauan pertama yang saya nikmati dari TMII versi terbaru. Sambutan yang meninggalkan kesan baik untuk semangat memasuki areanya lebih dalam. Penasaran saja, apa di dalam akan sebagus di pintu masuknya, hehe.
Masuk ke Museum Indonesia, Desainnya Lebih Modern!
Museum Indonesia TMII |
Setelah pintu masuk utama, Museum Indonesia adalah yang paling pertama terlihat dan menarik untuk dikujungi. Dengan desain bangunan bernuansa Nusantara, seperti bangunan di Bali atau seperti candi-candi. Tidak heran kalau di pintu masuknya saja sudah ramai pengunjung berswafoto. Lebih ke dalam, ternyata tamannya luas dan hijau. Asri sekali. Masuk ke Museum Indonesia ini tidak perlu bayar tiket alias gratis.
Terdiri dari 3 lantai. Saya suka dengan desain dalam museum yang kontras dengan desain bangunan bagian luarnya. Modern, minumalis. Clear dan bersih dengan warna putih yang mendominasi.
Di lantai pertama, dibuka dengan peta Indonesia yang memukau. Menariknya, dimeriahkan dengan gambar rumah adat dan pakaian daerah di setiap provinsi. Salut sama yang bikin gambar sebagus ini.
Lanjut berjalan, banyak koleksi yang menambah wawasan. Secara garis besar, lantai paling dasar museum berisi perjalanan peradaban dan keanekaragaman budaya di Indonesia. Mulai dari peninggalan zaman dulu, pakaian adat, alat musik, kesenian, dan banyak lagi.
Di salah satu bagian lantai pertama Museum Indonesia |
Naik ke lantai dua, bisa dengan tangga atau lift, wastra Indonesia yang mengagumkan dipajang dengan baik di sini. Tenun-tenun dengan motif beragam dijamin memanjakan mata sekaligus membuat bangga. Kain-kain kerajinan seindah ini, kalau dijahit dan dibuatkan baju, nilainya sungguh luar biasa. Itu yang terus saya batinkan sembari berkeliling. Dilengkapi juga dengan alat menenun yang bisa saya tunjukkan dan jelaskan ke anak-anak, bahwa pembuatan tenun itu butuh keahlian dan kesabaran ekstra karena benangnya mesti disusun satu per satu-satu.
Melihat koleksi wastra Nusantara di lantai dua |
Alat tenun yang dipajang |
Lanjut lagi ke lantai paling atas, lantai tiga, kita di bawa ke Ibu Kota Nusantara (IKN). Ada miniatur gedung Istana garuda yang menjadi landmark calon ibu kota negara baru ini. Wajib foto-foto sih kalau belum pernah melihatnya secara langsung. Memang besar dan megah. Selain itu, ada juga desain kota keseluruhan dan beberapa informasi mengenai IKN yang bisa dibaca dan dilihat untuk update pengetahuan.
Gedung Istana Garuda IKN di lantai tiga |
Itulah isi dari ketiga lantai di Museum Indonesia. Setelah revitalisasi, ada susunan yang berbeda dan desainnya jauh lebih kekinian. Pembeda koleksinya jelas yang tentang IKN karena itu yang paling baru.
Anak-anak Happy di Indonesia Science Center, Sekalian Piknik Makan Siang di Halamannya
Dari Museum Indonesia, kami berjalan ke halte Angling terdekat dan mengantre. Mungkin ada sekitar setengah jam karena sangat ramai.
Perjalanannya ternyata cukup jauh. Melewati anjungan provinsi hingga sampai di halte dekat Taman Burung. Saya kira bakal berkeliling ke seluruh area TMII. Ternyata kalau mau lanjut, mesti pindah halte dan naik Angling rute yang lain. Duh, kalau antre lagi, kami bakal kehabisan waktu. Akhirnya diputuskanlah untuk ke Indonesia Science Center yang ada di seberang.
Sepertinya gedung Indonesia Science Center tidak direnovasi. Kesan lamanya terasa pas kami masuk. Cuma yang saya cari bukan itu, melainkan isinya yang pasti akan banyak tentang sains. Cocok untuk anak-anak. Sebenarnya di depan sudah ada beberapa, seperti timbangan raksasa. Lumayan untuk memancing antusias.
Harga tiket masuknya Rp27.500 per orang. Anak-anak sudah bayar full. Jadi total yang kami bayar adalah Rp110.000,-. Tidak terlalu ramai di sini, tapi tidak terlalu sepi juga.
Alhamdulillah isi didalamnya cukup menyenangkan. Ada banyak sekali alat-alat dan percobaan sains yang bisa dimainkan. Tentunya aman buat anak-anak. Kami masuk ke rumah gempa, melihat demonstrasi roket air, dan pertunjukan tesla coil yang dipenuhi energi listrik menyala-nyala. Ada juga semacam rintangan laser, ruang berlampu biru yang seolah terlihat tak berujung, dan labirin cermin. Kalau bawa anak-anak, Indonesia Science Center salah satu rekomendasi tempat untuk dikunjungi saat ke TMII.
Mencoba berbagai peraga sains |
Pertunjukan roket air |
Labirin cermin |
Pertujukan tesla coil |
Foto di salah satu ruang gelap berlampu biru bagai tanpa ujung |
Pas di jam makan siang saat kami selesai bermain dan belajar di sini. Untungnya ada mushala di dalam, jadi bisa sekalian salat zuhur. Karena kami membawa bekal dan niatnya memang akan piknik, jadilah halaman nan hijau dan banyak pohon di Indonesia Science Center ini kami manfaatkan untuk menuntaskan tujuan. Siapa sangka, banyak juga yang menggelar tikar dan menikmati suasana seperti kami.
Piknik sekaligus makan siang di depan Indonesia Science Center |
Ditambah lelah setelah berkeliling, nikmat sekali rasanya bekal sederhana yang kami bawa. Walau tas terasa berat karena nasi, lauk pauk, dan peralatan makan, akhirnya terbayar sudah dengan keseruan kami beristirahat ala-ala piknik seperti ini. Cuaca yang lagi gahar-gaharnya, tak terasa sama sekali karena pohon rindang melindungi. Sejuk pula dihembus angin sepoi-sepoi. Tak terasa sudah 1,5 jam kami bersantai sebelum kembali melanjutkan perjalanan.
Naik Kereta Gantung, Kawasan TMII Terlihat Hijau dan Rapi dari Ketinggian
Mau atau tidak, kami mesti antre lagi di halte Angling. Kali ini Angling yang lanjutan dari Taman Burung ke pintu utama tempat masuk tadi. Jadi rutenya memutar.
Stasiun kereta gantung yang kami ingat ada di sebelah gedung parkir. Kami keluar dulu dari pintu utama dan berjalan kaki sedikit. Tidak terlalu ramai juga di sini. Makanya kami bisa langsung naik kereta gantung tanpa menunggu.
Langsung naik kereta gantung tanpa antre |
Untuk harga tiket kereta gantung TMII ini normalnya Rp60.000 per orang. Beruntung, lagi-lagi ada diskon. Beli 3 tiket, gratis 1 tiket. Pas atuh buat kami berempat. Total kami membayar adalah Rp180.000.
Stasiunnya masih sama, tidak ada yang berubah. Tapi pemandangan yang disuguhkannya sekarang jauh lebih memukau. Kawasan TMII rapi dan hijau. Meski masih ada renovasi sedikit di beberapa titik, tak terlalu mengganggu. Pulau-pulau Indonesia di Danau Archipelago pun terlihat sangat bagus dan dipinggirnya ada area untuk berjalan kaki. Terbayang sore-sore mengitari danau ini, pasti menenangkan sekali.
Di dalam kereta gantung saat berjalan |
Beberapa pulau kecil di Danau Archipelago yang terfoto (ini foto yang paling bersih soalnya, maaf ya, hehe) |
Malah kalau malam hari, pulau-pulau ini akan dipenuhi lampu yang menerangi danau dengan ukiran gambar pulau Indonesia, serta ada pertunjukan air mancur dan drone show. Kayaknya next time kami bakal ke TMII sore sampai malam biar bisa melihat suasana ini.
Sukses banget sih menurut saya revitalisasi TMII. Dari kereta gantung, bisa dilihat dengan jelas perubahannnya. Makanya, kereta gantung ini jadi salah satu yang tidak boleh dilewatkan kalau ke TMII. Aman juga kok buat anak-anak karena pintunya dikunci dan ada terali besi di dalam. Pas untuk bersantai sambil menikmati saujana.
Itulah pengalaman kami sekeluarga ke TMII setelah revitalisasi. Wajah barunya sungguh hijau dan asri, karena memang tujuannya adalah menyediakan kawasan yang bebas emisi. Lumayan menyehatkan paru-paru yang biasa terpapar pekatnya polusi ibukota. Pengelolaannya pun terstruktur dan lebih baik.
O iya, sekalian cuci mata, tak lupa juga melihat-lihat cendera mata khas TMII yang menonjolkan kekayaan Indonesia. Banyak sekali pilihannya dan cantik-cantik semua. Budaya kita memang istimewa. Mulai dari wastra, baju, tas, dompet, gantungan kunci, aksesoris, camilan, dan lainnya. Tempat belanjanya pun nyaman dan adem. Saya mencari magnet kulkas, tapi sayangnya tidak ada. Sedih, hiks.
Melihat-lihat cendera mata khas TMII sebelum keluar |
Sedikit saran untuk teman-teman yang berencana liburan keluarga ke TMII.
- Penting tentukan sebelumnya tempat apa saja yang dituju pas sudah di TMII. Biar tidak bingung dan menghabiskan waktu karena berjalan tanpa arah. Soalnya, pasti tak akan mungkin memasuki seluruh titik kunjugan yang ada saking banyaknya.
- Penting mengambil peta TMII yang dibagikan di pintu masuk utama. Bisa juga dengan mengunduhnya di website resmi TMII. Ini bisa jadi panduan dan menginformasikan lokasi keberadaan sekarang dan juga tempat yang hendak dituju.
- Misal ada bus listrik yang lewat, naiki saja. Dari pada antre lama naik Angling.
- Mending bawa bekal dan makan di salah satu tempat teduh sembari istirahat siang. Khawatirnya susah lagi mencari tempat makan mengingat harus antri naik Angling untuk bergerak ke mana-mana.
- Wajib pakai topi dan kalau bisa bawa payung. Biar tidak kepanasan dan kehujanan. Percaya deh, kalau cuaca cerah, bakal panas banget bikin pusing.
- Untuk minum, bawa semampunya saja. Kalau botol minum terlalu berat, akan susah dan membebani untuk dibawa jalan jauh. Banyak yang menjual minum kok di dalam, andai nanti minum yang dibawa kurang.
- Kalau naik kereta gantung, lebih baik naik dari stasiun yang di dekat Istana Anak-Anak Indonesia. Supaya bisa melihat pulau-pulau Indonesia di Danau Archipelago dari bawah. Jangan mengulangi kesalahan kami yang malah melihat pulau dari atas. Kan terbalik.
- Bila tidak terlalu ingin mengunjungi anjungan, museum, atau wahana tertentu yang ada jam tutupnya, sepertinya lebih seru kalau datang ke TMII menjelang sore. Tidak kepanasan pas jalan-jalan dan bisa melihat Air Mancur Tirta Cerita dengan lampu-lampu yang meriah.
Semoga tulisan ini bisa menjadi referensi sebelum berkunjung ke TMII setelah revitalisasi, ya.
Selamat jalan-jalan bersama keluarga tercinta.
Post a Comment