Cabang ini belum terlalu lama buka. Susunan kursinya yang banyak dan terlihat dari jalan, bikin saya penasaran. Setelah kepoin akun Instagramnya di @waroengacehkemang, ternyata ada 5 cabang lain di beberapa lokasi. Kayaknya enak, nih. Cabangnya saja banyak.
Garis besar saja, mie Aceh di sini nyaman di lidah karena racikannya pas, teh tariknya juara, plus ada roti canai tisu yang tinggi dan bikin bahagia anak-anak. Saya bakal balik lagi sih ke sini nanti-nanti, hehe.
Baiklah, seperti biasa, saya akan bahas satu per satu.
Tempat Terbuka, Sederhana, dan Luas
Lokasinya dekat rumah saya. Kalau teman-teman tau RS Suyoto, sekarang sudah berganti nama (tapi saya lupa) dengan gedung barunya tinggi menjulang, Waroeng Aceh Kemang ini lurus lagi ke arah Rempoa dan tepat di lampu merah kedua setelah RS itu.
Bukanya cuma malam, di depan ruko perkantoran. Semua halaman depan dipakai, ditaruh kursi dan meja plastik warna merah, makanya banyak banget. Sesuai sih sama jumlah pengunjung yang datang. Dan soal parkiran jangan khawatir, masih pakai area ruko ini, jadi cukup untuk menampung banyak kendaraan, termasuk mobil.
Sederhana saja, tidak ada dekorasi yang gimana-gimana. Tempat masak-masaknya dan kasir di satu sisi, selebihnya meja makan. Ada mushala dan toilet juga kok. Kalau bawa anak kecil, tersedia baby chair biar nyaman ikutan makan.
Dibiarkan terbuka berbatas pagar besi dengan jalan. Pas pula di hook, enggak sempit, leluasa, dan lapang. Terang benderang dengan lampu yang memenuhi atapnya. Kipas anginnya banyak, jadi enggak gerah. Walau ada yang merokok, karena udara bebas bergerak, tidak terlalu tercium bau asapnya dari tempat saya duduk. Mungkin kalau ke sini pas angin kencang, mending anak-anak dipakaikan jaket saja.
Secara keseluruhan, untuk tempatnya sangat nyaman bagi saya. Sederhana, bersih, dan kursinya juga pakai yang sandarannya jauh ke belakang, bisa duduk santai. Lama-lama di sini pun enggak berasa. Saya saja berangkat setelah magrib, tau-tau sudah lewat jam setengah sembilan saja pas mau bayar.
Makanan Aceh Pesanan Kami Sekeluarga
Apa yang dipikirkan tentang mie Aceh? Pedas, berempah, dan mie kuningnya yang paling mudah diingat. Sebelumnya, beberapa mie Aceh yang saya beli rasanya terlalu pedas. Tapi di sini, pedasnya sangat "ramah" dan juga rempahnya "sopan". Terasa, tapi enggak berlebihan.
Tentu saja bukan cuma mie Aceh yang dipesan. Berikut detail semua pesanan saya dan keluarga saat makan di Waroeng Aceh Kemang cabang Bintaro. Semuanya khas Aceh.
💛 Mie Aceh Goreng Daging Rp 35.000
Ini pesanan suami. Saya icip beberapa suap, walau niatnya cuma sesuap, hehe. Mienya tidak terlalu lembek dan basah, tapi digoreng dengan pas. Bumbunya banyak dan diaduk sempurna sehinggga semua terlumuri. Dilihat porsinya, cukup banyak dan bikin kenyang untuk makan malam.
Seperti yang saya tulis sebelumnya, bumbu Aceh untuk mienya berasa rempahnya, tapi tidak yang pekat dan terlalu pedas. Makannya jadi santai tanpa hah huh hah huh kepedasan. Isiannya pun enggak pelit. Potongan dagingnya dadu kecil yang tidak terlalu kecil, pas dikunyah, sertanya masih terasa seratnya. Tidak alot sama sekali.
Untuk kondimen pelengkapnya ada kacang goreng dan kerupuk yang memberi tekstur renyah, ketimun dan acar bawang untuk segar-segarnya, serta seiris jeruk nipis. Pas disantap bersamaan, memang saling melengkapi dan enak. Saya sih suka. Banget.
💛 Mie Aceh Rebus Spesial Rp 42.000
Ini pesanan saya. Sengaja pesan yang berkuah biar beda dengan suami. Kurang lebih sih sama rasanya, cuma ini versi kuahnya. Porsinya pun juga banyak. Malah terkesan lebih banyak dari yang goreng karena ada kuahnya. Untuk pelengkap, sama dengan mie Aceh goreng, tapi dipisah di piring kecil yang lain. Biar tidak melempem terkena kuah panas.
Walau tampak merah dan sangat menggugah, apalagi malam itu sedang agak berangin dan saya butuh yang hangat-hangat, pas di makan, tidak sepedas itu kok. Berempah dan memang ada pedasnya, tapi yang nikmat disantap. Mungkin bagi yang pecinta pedas beda lagi, ya.
Isiannya nih yang spesial, seperti namanya. Bukan cuma daging, tapi ramai. Ada cumi dan udang juga. Spesial di sini artinya semua topping dimasukkan. Tidak ada yang alot, empuk, dan mudah dikunyah. Potongannya tetap tidak yang kecil, dan juga tidak terlalu besar. Sepertinya semuanya sudah diperhitungkan, sehingga ketika dimakan, secara rasa, tekstur dan ukuran, pas semua.
💛 Mie Aceh Goreng Seafood Rp 38.000
Ini pesanan anak-anak saya. Berhubung minta yang tidak pedas, sedangkan bumbu Acehnya sudah tercampur dengan cabai, jadi tidak dipakai bumbu Acehnya itu. Emang enak? Enak, kok. Si Sulung saja sampai nambah.
Kelihatannya lebih agak nyemek dari yang mie goreng pesanan suami saya. Warnanya pun lebih soft karena tidak ada bumbu mie Acehnya. Saya pikir bakal kurang sedap, ternyata tetap gurih dan enak. Isiannya udang dan cumi, itu yang saya lihat. Semua dimasak baik tanpa alot. Pelengkapnya juga sama persis dengan mie Aceh yang lain. Kalau bawa anak-anak ke sini, jangan khawatir, karena bisa memesan menu yang tidak pedasnya.
💛 Canai Tisu Rp 32.000
Penarik kami datang ke sini karena ada menu "tinggi" ini. Tidak semua kedai penjual mie Aceh menyediakan menu canai tisu. Roti canai yang biasanya disajikan "berdaging", maksudnya lebih tebal, di menu ini dijadikan setipis tisu dan dibuat seperti kerucut tinggi. Buat anak-anak, ini menarik banget. Ya, mungkin buat yang dewasa juga. Berkat penyajiannya yang tidak biasa itu.
Ukurannya cukup dimakan bareng-bareng, karena kalau untuk sendiri kebanyakan. Disiram susu kantal manis cokelat, lalu ditaburi dengan meises warna-warni. Rasanya manis tentunya. Di makan tipis begini, jadi terasa lebih ringan seperti cemilan. Cocok untuk teman menikmati teh tarik setelah makan mie Aceh.
Oiya, biar bisa menyantap segera sebelum lembek terlalu lama meresap susu kental manisnya, mending minta diantarkan ke meja setelah makan makanan utama.
💛 Teh Tarik Original Rp 23.000
Saya suka sekali teh tarik. Biasanya di rumah, saya beli yang kemasan. Bahagia bisa menemukan yang dibuat langsung dengan cara ditarik-tarik panjang. Makanya saya tidak melewatkan memesan teh tarik originalnya.
Rasanya enak! Rasa teh tarik yang berbeda dari yang kemasan. Disajikan masih ada buih-buihnya, berwarna cokelat, dan dicangkir yang ukurannya tepat. Pas diteguk, pahit tehnya terasa, dengan manis yang tidak berlebihan, serta tidak terlalu kental dan tidak pula encer. Pantas saja banyak sekali yang pesan teh tarik ini. Rasanya memang otentik.
💛 Teh Tarik Hijau Rp 25.000
Baru bagi saya. Biasanya pakai teh biasa yang berwarna cokelat, di sini ada juga yang memakai teh hijau. Secara penyajian sama. Hanya saja warnanya yang beda. Hijau benaran, dengan rasa teh hijau yang kentara. Bagi penyuka teh hijau, ini layak dicoba.
Pelayanan di Waroeng Aceh Kemang Cabang Bintaro
Pramusajinya banyak dan cowok semua. Berseragam hitam-hitam. Pelayanannya termasuk cepat dan gesit. Ketika tiba dan duduk, langsung diantarkan buku menu. Setelah memesan, menunggunya juga tidak terlalu lama. Saya meminta piring kosong satu, juga segera diantarkan. Walau tambah menu seperti anak pertama saya yang minta mie goreng lagi, tidak masalah karena dimasak lumayan cepat. Padahal saat itu sedang ramai. Mantap.
Bagi saya dan suami, setelah kami ngobrol-ngobrol, ini menjadi salah satu tempat makan yang menarik untuk didatangi kembali. Jadi, bisa lah sebagai referensi tempat makan yang bisa dikunjungi untuk akhir pekan ini. Baik bersama teman, pasangan, atau keluarga.
Semoga bermanfaat.
Post a Comment