Tidak sengaja dilihat suami pas melewati salah satu jalan di Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Berhubung istrinya asli Padang, mendapati Pondok Ikan Bakar One bertuliskan khas Pariaman, langsung mengajak makan siang di sana. Ternyata rasanya memang sama dengan masakan asli urang awak. Recommended banget untuk perantau Minang di Jakarta yang rindu masakan kampuang.
Memang banyak yang berjualan masakan Padang di Jakarta. Tapi bukan berarti semuanya bisa menyamai rasa asli Padang. Nah, saya beruntung bisa menyicipi salah satu yang sangat serupa, jelas akan menjadi langganan karena tidak jauh dari rumah. Tepatnya berlokasi di dekat Pasar Pesanggrahan, sebelah lapangan olahraga Deppen. Cari di Google Maps ada, kok. Gampang, di sisi jalan, tidak perlu masuk gang.
Baca juga: Nikmati Makanan Thailand Di Thai Street - Gandaria City
Sedikit spill di awal, ikan bakarnya itu berbumbu merah dan tebal, dilengkapi gulai cubadak, samba lado mudo, lado merah pakai bada, plus ada teh talua. Mantap! Kebanyakan yang datang ke sini ternyata memang asli Minang, karena saya mendengar mereka ngobrol dengan bahasa daerah kami.
Ikan Bakar dan Pelengkapnya (Gurame Rp 80.000 dan Nila Rp 27.000)
Untuk ikan guramenya, karena dagingnya lebih tebal dan besar, jadi sedikit lebih basah. Bukan mentah, ya, sudah matang. Tapi bila dibandingkan dengan ikan nila yang ukurannya kecil, hasil bakarannya lebih kering. Ini selera sih, mau yang daging ikannya tebal, pilih gurame. Kalau mau versi yang lebih kering, pilih nila.
Bumbunya ini yang bikin nangih. Kalau teman-teman pernah makan ikan bakar di Padang, pasti tahu kalau bumbunya menyelimuti sangat tebal dan berwarna merah. Bumbu di sini sama persis, khas Minang. Rempahnya kaya rasa dan gurih, serta sedikit pedas. Sepertinya untuk semua ikan menggunakan bumbu bakar yang sama.
Meski gurame dan nilanya sama-sama enak, saya tetap memilih yang nila karena bebas makannya sendiri, lebih kering dan bumbu meresap sampai ke dalam-dalam. Melimpah-limpah deh bumbunya.
Spesialnya, pesan ikan bakar, bukan hanya disajikan ikan bakarnya saja, tapi pelengkapnya banyak. Tidak perlu tambah bayar lagi. Sudah sepaket. Ada gulai cubadak (nangka), samba lado mudo, dan samba lado merah pakai bada. Rasanya? Tetap asli Minang. Lidah saya langsung dimanjakan dengan ketiga isi piring kecil ini. Gulai cubadak yang kental, rempahnya kuat, dan tingkat kematangannya pas, bahkan potongannya pun besar. Samba lado-nya juga gurih dan tambahan bada menambah cita rasa.
Ada juga lalapan dan sambal kecap. Sepertinya disajikan sebagai hasil adaptasi kebutuhan umum warga Jakarta, karena di Padang sendiri tidak ada pelengkap ini untuk makan ikan bakar.
Urap/Anyang (Rp 10.000)
Yang disajikan di sini tentu saja yang berkelapa kuning. Dimakan dalam satu suapan dengan nasi yang sudah bercamur ikan bakar, kuah gulai cubadak, dan samba lado, jadi pengen nambah lagi dan lagi. Kalau teman-teman makan di sini, mending sayurnya pesan yang urap saja. Jarang-jarang kan nemuin urap yang rasanya sama dengan yang di kampuang?
Porsinya tidak terlalu banyak. Paling hanya untuk dua orang, karena saya menghabiskan ini berdua bersama suami. Jadi kalau makan bersama yang lebih dari dua orang dan ingin makan urap semua, silakan dikalikan saja, ya.
Sup Iga dan Daging (Rp 35.000)
Dagingnya enggak pelit, potongannya besar bercampur iga dan daging tok, serta super empuk. Tanpa usaha, langsung terbelah sempurna. Buat anak-anak cocok banget karena kita tidak perlu usaha untuk memotong. Sudah dilengkapi dengan sambal khususnya, serta porsinya banyak. Saya saja sampai membungkus pulang setengahnya.
Teh Talua (Rp 15.000)
Tempat dan Pelayanan
Di beberapa titik dekat saung, disediakan tempat cuci tangan. Maklum, makan di sini pasti pakai tangan untuk kemudahan dan kenikmatan hakiki. Selain itu, soal parkiran tak perlu khawatir, karena luas banget yang disediakan. Ada toilet yang juga bersih, mushala dan playground. Anak-anak saya bahagia tiap diajak makan di sini karena tempat bermainnya ini. Ada perosotan, ayunan dan jungkat-jungkit.
Pelayanannya cepat. Setelah pesan, tidak menunggu lama, pesananan diantarkan. Hanya saja kalau duduk di saung, pesannya mending sekaligus. Soalnya memanggil uda-udanya rada susah karena jarak saung cukup jauh. Kan enggak enak juga kalau teriak-teriak.
Baca juga: Menyantap Makanan Khas Korea Di Goobne, Ashta District 8
Setiap kali saya rindu makan masakan Padang, sekarang sudah ada tempat tujuan yang memberi rasa asli Minang. Pondok Ikan Bakar One Pesanggrahan di Jakarta Selatan ya, teman-teman. Harganya masih ramah di kantong, rindu terobati, dan tempatnya nyaman.
Silakan mampir di akhir pekan bersama keluarga besar. Yang asli urang awak, insyaAllah puas.
Semoga bermanfaat.
Post a Comment