Banyak yang berubah di Malioboro sejak terakhor kali saya ke sini sekitar 7 tahun lalu. Penataan pedagang kali lima di sepanjang sisi jalannya adalah yang paling kentara. Dulu, kalau ke sini, yang terbayang pasti belanja apa saja yang dijumpai di kanan-kiri jalan. Malah saya jarang masuk ke toko karena di luar tokonya saja sudah bagus-bagus dan terjangkau.
Kemarin, sempat bingung mau ke mana. Tetap ke Malioboro, tapi titik berhentinya di mana? Mau menjajal dari ujung jalan yang ada plang nama Jl. Malioboro sampai ke ujung satunya, terlalu lengang. Soalnya sekarang jalannya bersih dan rapi banget. Trotoar memang benar-benar buat pejalan kaki saja.
Sampai akhirnya saya memutuskan ke Pasar Beringharjo dulu. Mumpung masih pagi. Setelah itu baru melipir ke dua tempat lainnya. Salah satunya ternyata menjadi tempat khusus bagi para pedagang kali lima yang menjaja di sisi Jalan Malioboro sebelum ditata. Semua dikumpulkan di satu tempat.
Nah, untuk 3 rekomendasi tempat belanja yang saya datangi tersebut, diulas lengkap satu per satu setelah ini, ya. Biar teman-teman bisa langsung berhenti tepat di depan lokasinya saja.
Pasar Beringharjo
Tidak tersentuh penataan karena letaknya yang masuk ke dalam. Kalau ke Malioboro pagi atau siang, maka pasar yang satu ini sayang untuk dilewatkan. Segala batik ada di sini. Mulai dari pakaian, kain, tas, hingga produk-produk lainnya. Selain itu juga ada baju khas bertuliskan Jogja yang nyaman benget dipakai di rumah. Baik itu kausnya atau celananya. Untuk anak-anak pun ada.
Tips, kalau belanja di sini, jangan lupa menawar. Soalnya sering dibuka dengan harga yang jauh lebih mahal.
Pasar ini sebenarnya ada dua lantai. Cuma yang ramai pembeli dan sangat penuh hanya di lantai satu saja. Tokonya rapat, dengan barang dagangannya yang juga tersusun rapat. Malah kitanya yang jadi pusing sendiri karena saking banyaknya pilihan. Dijamin borong deh kalau ke sini. Harga batik untuk kerja suami saya saja cuma 50 ribu, dan baju kaosnya 100ribu sudah dapat empat.
Hamzah Batik
Terletak persis di depan Pasar Beringharjo. Tinggal menyeberang jalan, sudah sampai. Dulu namanya Mirota. Entah kenapa berganti nama, saya pun kurang tahu. Ada desas-desus kalau penyebabnya adalah masalah internal keluarga. Tapi tidak pasti juga. Namanya saja gosip.
Tempatnya sangat menarik. Dengan produk andalan yang tidak jauh berbeda, yaitu berbagai produk batik. Memang sih kalau ke Jogja, yang menjadi ciri khas itu kalau enggak bakpia, ya batik. Di sini ada 3 lantai. Lantai pertama adalah batik untuk dewasa, makanan dan minuman tradisional. Lalu di lantai dua, ada berbagai kerajinan. Terakhir di lantai tiga, berisi batik anak-anak.
Saya akan mengulas lantai 1 saja karena tidak sempat naik ke lantai atas. Capek habis keliling di Pasar Beringharjo, hehe.
Jujur, batiknya bagus-bagus dan memangil berulang kali untuk dibeli. Hanya saja harganya lebih mahal bila dibandingkan dengan batik di Pasar Beringharjo. Wajar memang, karena kualitasnya juga lebih oke. Banyak modelnya juga, mulai dari baju batik biasa, cardigan, kebaya, hingga celana pun ada. Dibagi dua untuk perempuan dan laki-laki. Bila ingin mencoba baju-bajunya dulu, kamar pasnya banyak dan luas.
Di salah satu sisinya juga tertata berbagai minuman tradional berupa jamu-jamuan dan jenis minuman herbal lain. Serta yang tak ketinggalan, berbagai cemilan. Banyak sekali jenisnya. Tinggal pilih saja mana yang paling disuka. Kalau saya sih paling suka dengan produk minuman herbal. Soalnya rasanya unik dan belum tentu ada di Jakarta.
Bukan hanya itu saja yang menarik. Kita juga bisa beli jamu yang disajikan dengan tempurung kelapa dan di racik langsung oleh Mbaknya. Ada juga stand khusus batik yang memperlihatkan langsung aktivitas membatik secara tradisonal, yaitu membuat batik tulis dengan canting dan cairannya yang masih panas. Ini pertama kalinya saya melihat langsung ibu-ibu membatik dengan sangat telaten.
Bagi yang mencari batik-batik untuk kerja, kondangan, atau bepergian, silakan ke Batik Hamzah. Bagus-bagus soalnya. Model dan motifnya juga bervariasi. Jadi enggak itu-itu saja.
Teras Malioboro
Masih di sekitaran situ juga, tepatnya di samping Batik Hamzah. Teras Malioboro ini menjadi tempat bagi para pedagang kaki lima yang dulu memenuhi Jalan Malioboro sebelum ditata. Kata Bapak yang mengantar kami ke sini sih Teras Malioboro ada dua. Salah satunya yang akan saya ulas ini.
Tempatnya bagus dan luas. Tapi sayangnya tidak banyak pengunjung saat saya ke sini. Apa mungkin masih siang atau ada alasan lain, saya kurang paham. Sepertinya orang-orang yang masih belum tahu penataan pedagang di Malioboro, macam saya ini misalnya, belum tersampaikan informasi tentang tempat ini. Mungkin kalau saya tidak dijelaskan sebelumnya dan jeli melihat sekitar, tidak akan ngeh. Soalnya agak masuk ke dalam, meski di depannya sudah tertulis Teras Malioboro.
Saya tidak berbelanja di sini karena sudah benar-benar kehabisan tenaga. Jadi hanya mengintip dari luar saja. Di dalamnya cukup luas, dan memang betul kalau barang-barang yang dijagakan sama dengan barang yang dijual di sepanjang Jalan Malioboro sebelum pindah.
Selain itu, di area ini juga ada semacam pusat kuliner. Sepertinya pedagang makanan gerobakan juga disediakan tempat khusus. Jadi saya ke sini hanya untuk makan siang. Tidak ada tempat makan juga di luar sana. Makanya kalau teman-teman ke Malioboro dan mampir ke seputaran Pasar Beringharjo atau Batik Hamzah, makannya di sini saja. Banyak pilihannya dan pastinya terjangkau.
Nah. itulah tiga rekomendasi tempat untuk berbelanja di Malioboro. Saya belum ke mana-mana lagi, hanya di seputaran sini saja. Itu pun sudah capek dan tak sadar menghabiskan waktu berjam-jam.
Oiya, banyak becak dan delman yang bisa mengantar keliling Malioboro kalau rasanya berjalan terlalu melelahkan.
Selamat berjalan-jalan dan shopping-shopping di Malioboro. Semoga bermanfaat
Post a Comment